SEOUL, KOMPAS.com - Tak kurang dari 10.000 warga Korea Selatan di Kota Seoul,turun ke jalan untuk ambil bagian dalam parade bagi kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).Mereka merayakan aksi itu dengan bernyanyi dan menari, tanpa mempedulikan guyuran hujan deras, maupun kecaman dari kelompok Kristen konservatif.
Kehadiran kelompok yang mendesak kaum Homoseksual ini agar kembali mengikut ajaran Yesus Kristus yang menjadi agama Mayoritas masyarakat Korea Selatan ini. Keberadaaan homoseksual merupakan hal yang ilegal di Korsel, pada parade ini di ikuti lebih dari 10.000 orang, mereka melakukan parade hinggah arak-arakan ke pusat kota seoul,dengan membawa spanduk dan bendera pelangi ada juga yang bergoyang-goyang di atas kasur yang di letakkan di atas truk terbuka mereka sangat bersemangat dan bergembira.
"Saya senang bahwa mereka (polisi) hadir untuk membuat kita merasa terlindungi," kata Meghan Lefevre salah satu peserta aksi dari California, Amerika Serikat."Tidak setiap negara akan melakukan hal itu. Jadi saya sangat senang bahwa ini adalah lingkungan yang aman," kata Lefevre, seperti dikutip AFP.
Survei menunjukkan peningkatan toleransi terutama di kalangan Muda dan Partisipasi di Gerakan "Pride"peningkatan ini terjadi pertama kalinya di tahun 2000.Pada tahun 2000 parade ini hanya di ikuti oleh 50 orang saja.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korsel, badan pengawas hak asasi negara, dan Ordo Jogye Buddhisme Korea -sekte Buddhis terbesar di negara itu, mengambil bagian dalam aksi tahun ini, untuk pertama kalinya.
"Kelompok minoritas seksual tidak boleh dibedakan," kata Hyo Rok, seorang suster senior dan profesor di Universitas Buddhisme Seoul.Namun, profil yang berkembang dari acara tersebut membuat kelompok gereja Protestan konservatif yang memiliki jutaan pengikut kembali bereaksi.
10.000 Warga Memerihkan Parade Gay
Mereka pun menggelar aksi tandingan anti-homoseksualitas, hingga mencoba melakukan aksi fisik demi menghalangi aksi semacam itu.Hari ini, tak kurang dari 2.000 tentara dan polisi diterjunkan di Kota Seoul.Mereka memagari alun-alun di luar Balai Kota Seoul, tempat para pendemo beraksi mengibarkan bendera, bersamaan dengan aksi peserta demo berpakaian minim yang menari di panggung.
"Saya senang bahwa mereka (polisi) hadir untuk membuat kita merasa terlindungi," kata Meghan Lefevre salah satu peserta aksi dari California, Amerika Serikat."Tidak setiap negara akan melakukan hal itu. Jadi saya sangat senang bahwa ini adalah lingkungan yang aman," kata Lefevre, seperti dikutip AFP.
Survei menunjukkan peningkatan toleransi terutama di kalangan Muda dan Partisipasi di Gerakan "Pride"peningkatan ini terjadi pertama kalinya di tahun 2000.Pada tahun 2000 parade ini hanya di ikuti oleh 50 orang saja.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Korsel, badan pengawas hak asasi negara, dan Ordo Jogye Buddhisme Korea -sekte Buddhis terbesar di negara itu, mengambil bagian dalam aksi tahun ini, untuk pertama kalinya.
"Kelompok minoritas seksual tidak boleh dibedakan," kata Hyo Rok, seorang suster senior dan profesor di Universitas Buddhisme Seoul.Namun, profil yang berkembang dari acara tersebut membuat kelompok gereja Protestan konservatif yang memiliki jutaan pengikut kembali bereaksi.
Komentar
Posting Komentar